"REOG PONOROGO"
Kali ini saya akan membahas kebudayaan yang terkenal di Kota Ponorogo, yaitu Reog Ponorogo. Ponorogo merupakan salah satu kota yang berada di Propinsi Jawa Timur. Ponorogo dianggap sebagai kota asal reog sebenarnya, sehingga
disebut dengan Reog Ponorogo. Salah satu budaya Indonesia ini kental
dengan hal-hal berbau mistis, sehingga sering diidentikkan dengan dunia
hitam, dunia kekuatan supranatural.
Permainan seni reog selalu
diiringi dengan musik tradisional atau disebut juga dengan gamelan.
Peralatan musik yang biasanya digunakan sebagai pengiring reog yaitu
gong, terompet, kendang, ketipung, dan angklung.
Tokoh-Tokoh Dalam Seni Reog
a.
Jathilan (Depan)
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam
seni Reog.Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit
berkuda yang sedang berlatih di atas kuda.Tarian ini dibawakan oleh penari di
mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan
dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau
greget sang penari.
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus,
berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik.
Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an
ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ
(Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan
alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog
Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola
ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama
ngracik.
b.
Warok
Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai
tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong
kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang
menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain
tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku,
lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku
hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).\
Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo
yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang
kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang
tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo.
Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.
1.
Syarat menjadi Warok
Warok harus menjalankan laku.“Syaratnya, tubuh harus bersih karena
akan diisi.Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan
haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan.Persyaratan lainnya, seorang
calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar
pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan
berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu
tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh
senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata
andalan para warok. Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang
tersisa.Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang
memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang
dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta
restunya.
2.
Gemblakan
Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok
tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan. Dahulu warok dikenal
mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas
tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih
disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang
telah berakar kuat pada komunitas seniman reog.Bagi seorang warok hal tersebut
adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat.
Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang
gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak.Biaya yang
dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah.Bila gemblak bersekolah
maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping
memberinya makan dan tempat tinggal.Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah
maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi.Dalam tradisi yang dibawa
oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela
tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah
keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.
Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa
mempertahankan kesaktiannya.Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan
intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh
kesaktian warok.Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan
merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya.
Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik
homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.
Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan
gemblakan.Di masa sekarang gemblak sulit ditemui.Tradisi memelihara gemblak,
kini semakin luntur.
Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda
lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian
ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.
c.
Barongan (Dadak merak)
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan
dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau
(caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit
Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai
tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan
bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih).Krakap terbuat dari kain
beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat
menuliskan identitas group reog. [4] Dadak merak ini berukuran panjang sekitar
2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.
d.
Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti
mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan
sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih
muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk
melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang
lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil
menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan
Putri (kekasihnya).
Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun
kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.
e.
Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu
tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri
sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh penonton
khususnya anak - anak.Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang
cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
Pementasa Reog Ponorogo
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti
pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo
terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian
pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian
serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini
menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang
dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil,
penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian
wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan
dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya
jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan
lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang
isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan
dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk
hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang
tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang
(biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton.
Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain
lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam
pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng
berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung
merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini
dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini
selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh
dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.
Musik Pengiring Reog
Musik
pengiring ini di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok penyanyi yang
terdiri dari dua penyanyi yang menyanyi lagu daerah seperti Jathilan
Jonorogo apabila diadakan di kabupaten Ponorogo dan apabila di Surabaya
para aguyuban reog di Surabaya sering menggantinya dengan Semanggi
Surabaya atau Jembatan Merah yang merupakan lagu khas Surabaya dengan
bahasa jawa lalu kelompok instrument gamelan memiliki anggota sekitar 9
orang yang terdiri dari:
- 2 orang penabuh gendang
- 1 orang penabuh ketipung atu gendang terusan.
- 2 orang peniup slompret
- 2 orang penabuh kenong
- 1 orang penabuh gong
- 2 orang pemain angklung
Salah
satu ciri khas dari tabuhan reog adalah bentuk perpaduan irama yang
berlainan antara kethuk kenong dan gong yang berirama selendro dengan
bunyi slompret yang berirama pelog sehingga menghasilkan irama yang
terkesan magis.